Dalam kita melakukan ritualisasi keilmuan, baik itu yang manapun jenis keilmuannya ada dikenal dengan sebutan "sampai jadi" lalu meningkat "sampai jadi-jadian", banyak orang gagal pada saat ingin ke tingkat "sampai jadi" sebab untuk mendapatkan ilmu sampai jadi dibutuhkan ketekunan,ketaatan bahkan kesabaran. konsef amanah (berusaha mempertahankan niat awal ketika melakukan ritual yaitu hati dan pikiran dari awal dimulainya proses berjuang hingga mencapai "sampai jadi" selesai ritual) sangat diperlukan agar kita tetap digaris prosesi sampai jadi.
Untuk mendapatkan "sampai jadi" tidak cukup dilakukan hanya sekali atau beberapa kali, ia dilakukan sampai jadi (sampai niatnya berhasil). Dalam proses ini tidak kenal yang namanya lelah, ngeluh, prustasi, putus asa tetapi mengenal sabar, tekun, taat, teguh, tiada henti. maka mudah2an dapat mencapai tingkat sampai jadi. Kalau sudah mencapai sampai jadi tentu keilmuan sudah dapat dibuktikan (dapat terbukti) kapan saja diinginkan. Mendapatkan predikat sampai jadi hanya sedikit orang yang berhasil dalam kurun waktu seketika itu (tidak menunggu besok). tetapi kebanyakan orang untuk mencapai sampai jadi hingga berbulan bulan bahkan bertahun tahun. makanya jangan heran apabila ada kita temukan orang melakukan perjuangan untuk mendapatkan sebuah ilmu hingga bertapa bertahun tahun.
Sementara mencapai "sampai jadi jadian" adalah bagi mereka yang ingin menyempurnakan keilmuannya. Dan golongan inilah yang tetap nmenjaga volume keilmuan dan meningkatkannya dengan menjaga semua pantangan dan melakukan ritual sepanjang hidupnya tidak kenal waktu dan dengan metode yang didapatnya sendiri mengikuti "rasa" yang ada pada dirinya.
Ijazah keilmuan merupakan gerbang untuk memasuki fase yang saya sebut tadi (sampai jadi ke sampai jadi jadian), karena tanpa ijazah maka seseorang tidak akan mendapatkan ilmu apalagi tuahnya. dalam ijazah keilmuan berlangsung proses ijab kabul tetapi tidak serupa dengan prosesi pernikahan/perkawinan.
Menerima ijazah keilmuan bukan berarti ilmu langsung jadi, tetapi sipenerima ijazah diberikan suatu ilmu yang dinginkan kemudian di berikan petunjuk melakukan proses agar mencapai "sampai jadi".
Kebanyakan ilmu proses pemberian ijazah boleh dengan tulisan (tertulis), tetapi ada juga suatu keilmuan proses penghusada (pemberian jazah) hanya melalui lisan yang harus cepat daya tangkap dan ingatan sipenerima ilmu karena menyampaikannyapun tidak boleh berulang ulang hingga jumlah tertentu. Dan biasanya jenis keilmuan ini sipenerima ijazah harus cepat tangkap ingatan. Umumnya ilmu seperti itu terjadi disebabkan si pemberi ijazah ilmu melakukan pembuangan ilmu, sehingga setelah ilmu tersebut diterima oleh si penerima ijazah maka ilmu yang dimiliki si pemberi ijazah akan seketika hilang.Ada juga prosesi seperti itu memang persyaratan utama yang mutlak tidak boleh diganggu gugat.
Di blog kibayusejati masuk golongan ilmu yang pertama yaitu dalam pemberian ijazah (penghusada) boleh ditulis dengan metode sekepakatan. dan sipenerima ijazah diharuskan berjuang untuk melakukan ritual sesuai petunjuk dalam blog kibayu untuk mencapai "sampai jadi" , juga tidak ada jaminan apakah ilmu itu dapat cepat jadi tetapi izin (ijab kabul) merupakan modal utama untuk melakukan perjuangan ketujuan "sampai jadi".
APA MAKSUD PENGISIAN DAN IJAZAH
Mungkin kita pernah mendengar atau mungkin membaca di artikel, di koran, website atau iklan klenik tentang kata-kata "pengijazahan akbar hizb, pengijazahan asmak, pengisian ilmu A, pengisian ilmu B" dan pengijazahan atau pengisian ilmu metafisika lainnya.
Namun tahukah anda bahwa definisi dan arti pengijazahan dan atau pengisian keilmuan metafisika baik itu hizb, asmak, mantra dan lainnya memiliki arti yang berbeda.
Pada artikel kali ini saya akan menjelaskan perbedaan antara "pengisian" dan "pengijazahan" pada suatu keilmuan sesuai apa yang saya pahami, tanpa bermaksud menyinggung atau merendahkan orang lain. Artikel ini hanya sebatas pengetahuan saja agar kita faham arti perbedaan adri dua kata tersebut.
Mengijazahkan Keilmuan
Dalam dunia metafisika sering kita dengar kata pengijazahan, arti ijazah itu sendiri bisa dibilang wewenang atau hak, sama seperti kita sekolah demi mendapat ijazah atau hak atas status kita sebagai murid sekolah atau perguruan tinggi tertentu.
Pengijazahan dalam dunia metafisika tak lain adalah diberikannya wewenang kepada kita atas amalan seseorang entah itu Ulama', Syekh, Kyai, Paranormal, Bomoh alias Dukun, Ustad atau lainnya, artinya pemilik amalan tertentu (hizb, asmak dll) telah memberikan ijinnya kepada kita untuk mengamalkan amalan yang dia miliki untuk diamalkan oleh kita.
Jadi bisa dibilang pengijazahan hanya sebatas diberikannya hak untuk kita amalkan tanpa adanya pengisian atau transfer energi. Dan syarat orang yang mengijazahkan keilmuan ini yaitu pemilik ilmu harus pernah mengamalkan ilmu yang di ijazahkan walaupun hanya 1x saja seumur hidup, jika pemberi ijazah belum pernah mengamalkan amalan yang di ijazahkan sama sekali itu tidak lagi disebut pengijazahan tetapi sebatas memberikan informasi kepada kita. Logikanya bagaimana seorang guru menyarankan muridnya untuk belajar suatu keilmuan tetapi gurunya sendiri belum pernah memahami atau bahkan menguasai keilmuan tersebut, resikonya apa dan bagaimana, kesalahan otomatis guru tidak bisa menjawabnya karena dia sendiri belum tahu plus minus dari ilmu tersebut.
Mengisi Keilmuan
Dilihat dari kalimatnya "pengisian suatu keilmuan" nampaknya tak ubahnya mengisi air dalam gelas atau mengisi suatu benda kedalam wadah. Kok bisa bisa ilmu di isikan? hebat dunk dukunnya bisa mengisi keilmuan, kalau gitu aku juga minta di isikan ilmu metamatika atau fisika biar gak usah belajar..!!!
Tidak seperti itu pemahamannya, pengisian suatu keilmuan bukanlah mengisi keilmuan jadi seperti mengisi ilmu matematika langsung dimasukkan tanpa belajar, kalau mengisi keilmuan seperti ini bisa mana mungkin ada orang bodoh semua pasti pintar.
APA MAKSUDNYA?
Pengisian suatu keilmuan (hizb, asmak dll) pada dasarnya yang di isikan adalah energi mentahnya (bisa dibilang khadamnya) atau cuman sebatas energi (aura panas atau dingin) dari keilmuan tersebut, jadi bukan di isikan utuh keilmuan.
Seperti kita dengar kata mie instan, makanan instan dan segala instan-instan yang lainnya, apakah dengan kata dan definisi "makanan instan" maka makanan tersebut langsung siap di makan? seperti mie instan. apa mungkin kita beli langsung dimakan, tanpa diolah? tentu tidak meskipun makanan tersebut sudah siap saji (instan) tetap harus kita kelola sesuai petunjuk dari merk produk tersebut seperti di masak sekian menit, campur bumbu dan petunjuk lainnya.
Begitu juga dengan pengisian keilmuan metafisika, walaupun energi amalan, wirid atau do'a dimasukkan tentunya harus di kelola agar ilmu yang di isikan bisa dinikmati dan tidak hambar, lantas bagaimana mengelolanya? tentunya yang bisa menjawab adalah masing masing pengisi keilmuan.
Dan pengisian keilmuan ini bisa menjadi aktif bisa juga menjadi pasif, aktif dengan kata lain energi yang diisikan bisa digunakan kapanpun ketika kita menginginkannya, dan pasif artinya kekuatan yang diisikan hanya akan keluar ketika dalam keadaan tertentu semisal dalam keadaan bahaya, terpept, terpojok dan lain sebagainya.
Nah... sekarang kita jadi tahu perbedaan dari kata "pengijazahan dan pengisian" yang sering diiklankan oleh paranormal, jadi jangan salah tafsir pengijazahan yaitu diberikannya hak kepada kita agar kita mengamalkan keilmuan mereka, dan mereka pemilik keilmuan tidak mengisikan energi keilmuan tersebut kepada kita.
Dan pengisian yaitu kita di isikan energi dari amalan atau do'a tertentu agar kita memiliki kemampuan dari kekuatan ilmu tersebut, umumnya pengisian disertai pengijazahan yaitu kita di beri energi kekuatan amalan dan diberikan hak untuk mengamalkan amalan tersebut agar energi yang diisikan semakin kuat, tetapi ada juga yang pengisian tanpa disertai pengijazahan yaitu kita hanya diisi energi (seperti kebal) tetapi tidak diberi amalannya, jadi cuman diberi energinya saja.
Lantas mana yang paling baik, pangijazahan, pengisian biasa atau pengisian disertai ijazahan? tergantung kondisi, semua bisa mengatakan ijazahan terbaik, pengisian terbaik atau bahkan pengisian dngan ijazahan yang terbaik, namun bagi saya pribadi pengisian dan ijazahan itu yang paling baik karena disamping kita sudah memperoleh energi amalan, kita tinggal meneruskan dengan mewiridkan amalan, kalaupun dilakukan tirakat keilmuan tertentu maka pengisian yang disertai pengijazahan lebih cepat berhasil daripada pengijazahan biasa.
CARA MEMBUAT RAJAHAN:
1. bersuci dan menghadap kiblat
2. ketika menulis hati mengucap asma'ul husna "allah yang maha pengasih dan penyayang/ untuk pengasih, allah yang maha kuat/untuk kedigjayaan, allah yang maha menyembuhkan/ untuk obat." dan sebagainya
3. kertas putih polos / kain sutra dengan memakai tinta emas/ tinta minyak misik dan ja'faron.
4. setelah seleai membungkusnya baca ayatul alqursi sampai terlipat dan terbuungkus.
5. beri minyak wangi yang non alkohol .
setiap jum'at kliwon beri minyak wangi.
bawalah kemana saja kecuali ke wc dan ketika berhubungan badan/beretubuh.